Rapor Pendidikan: Bukan Arena Kompetisi,Tetapi Cermin Refleksi dan Perbaikan Mutu
Oleh: Suhardin, S.Pd., M.M. (Kepala SMPN 10 Kota Bima)
Pendidikan adalah fondasi peradaban. Mutu pendidikan suatu bangsa tidak dapat diukur hanya dengan deretan angka-angka pemeringkatan. Inilah semangat yang mendasari hadirnya Rapor Pendidikan, sebuah platform evaluasi yang transformatif, menggantikan paradigma lama yang kompetitif dan terkadang kontraproduktif.
Rapor Pendidikan Bukan Alat Pembanding Kualitas Antar Satuan Pendidikan
Pernyataan ini adalah penekanan mendasar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Rapor Pendidikan dirancang secara eksplisit bukan untuk melakukan pemeringkatan atau secara membandingkan langsung kualitas antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.
Alasan Utama Mengapa Rapor Pendidikan Tidak Digunakan untuk perbandingan.
- Fokus pada Pertumbuhan Internal: Rapor Pendidikan mendorong setiap satuan pendidikan untuk fokus pada peningkatan dirinya dari tahun ke tahun. Indikator utama keberhasilan sebuah sekolah adalah sejauh mana mereka mampu menutup kesenjangan dan mencapai target perbaikan yang mereka pertahankan
- Konteks yang Berbeda: Setiap sekolah memiliki tantangan, sumber daya, dan kondisi sosial-ekonomi peserta didik yang unik. Membandingkan skor mentah antara sekolah di daerah terpencil dengan keterbatasan fasilitas melawan sekolah di pusat kota dengan fasilitas lengkap adalah perbandingan yang tidak adil dan tidak mencerminkan upaya sebenarnya.
- Menghindari "Kompetisi Gengsi": Budaya pemeringkatan sering memicu persaingan tidak sehat dan fokus pada "skor tinggi" daripada peningkatan substansi pembelajaran. Rapor Pendidikan bertujuan mengalihkan fokus dari "gengsi" menuju substansi saling pembelajaran.
Tujuan Utama Rapor Pendidikan: Identifikasi, Refleksi, dan Perbaikan
Jika bukan untuk membandingkan, lalu apa tujuan utama dari Rapor Pendidikan? Rapor Pendidikan adalah referensi utama bagi semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan Perencanaan Berbasis Data (PBD).
Tujuan utama Rapor Pendidikan adalah sebagai alat untuk identifikasi, Refleksi, dan Perbaikan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dan pemerintah daerah.
Secara spesifik, Rapor Pendidikan berfungsi untuk:
- Identifikasi: Menyajikan data yang terperinci mengenai kekuatan (sudah baik) dan tantangan (perlu perbaikan) pada dimensi saling pembelajaran dan hasil belajar (literasi, numerasi, karakter).
- Refleksi: Membantu kepala sekolah dan guru untuk melakukan evaluasi diri secara jujur ??berdasarkan data tujuan, bukan asumsi atau opini.
- Perbaikan (PBD): Menjadi dasar tunggal dalam menyusun rencana kerja dan anggaran (RKAS/RKT) yang benar-benar solutif dan tepat sasaran, memastikan investasi waktu dan dana menghasilkan dampak nyata.
Hentikan Budaya Ketidakjujuran dalam Penyelenggaraan ANBK!
Data yang disajikan dalam Rapor Pendidikan bersumber utama dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar), dan berbagai data administrasi lainnya. Keabsahan Rapor Pendidikan sangat mengandalkan kejujuran dan keutuhan dalam proses pengambilan data.
Sayangnya, praktik-praktik ketidakjujuran seperti:
- Intervensi terhadap peserta didik atau guru saat pengisian instrumen.
- Manipulasi kondisi lingkungan belajar.
- Tidak melaporkan kondisi riil sarana dan prasarana.
...masih saja terjadi. Praktik ini harus dihentikan pada saat sekarang juga!
Budaya ketidakjujuran ini adalah penghambat terbesar dalam upaya perbaikan mutu. Data yang dimanipulasi akan menghasilkan Rapor Pendidikan yang 'cantik' di atas kertas, namun sama sekali tidak mencerminkan kenyataan. Akibatnya, rekomendasi perbaikan (PBD) yang disusun akan menjadi salah sasaran, sehingga sumber daya sekolah terbuang percuma untuk memperbaiki masalah yang sebenarnya tidak ada, sementara masalah krusial tetap terabaikan.
Mari bersama-sama membangun ekosistem pendidikan yang didasarkan pada kejujuran dan keberanian untuk mengakui kelemahan. Hanya dengan data yang jujur, kita dapat melihat 'penyakit' yang sesungguhnya, merumuskan 'obat' yang tepat, dan pada akhirnya, mewujudkan cita-cita peningkatan mutu pendidikan nasional. Jadikan Rapor Pendidikan sebagai cermin, bukan topeng.